Supply Chain untuk Agrikultura Indonesia...

Rantai pasok atau rantai suplai atau Supply Chain adalah sebuah sistem rangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa dari suatu pemasok kepada pelanggan.

Badan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang eceran, perdagangan elektronik, dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantai pasok (rantai nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai pasok menghubungkan rantai nilai.

Teknologi Blockchain memberikan peluang untuk secara transformasi meningkatkan operasi rantai pasokan pertanian. Potensi manfaat berlimpah untuk semua pelaku rantai pasok, mulai dari produsen skala kecil sampai perantara (termasuk pengolah, distributor dan lainnya) hingga konsumen akhir. Dalam bidang pertanian, blockchain dapat diaplikasikan untuk melakukan tracking dan tracing asal produk pertanian. Blockchain juga dapat digunakan untuk mengakses berbagai informasi yang selama ini sulit didapatkan karena berbagai alasan.

Solusi untuk Pertanian

Berbagai perusahaan teknologi telah mencoba menerapkan blockchain sebagai solusi di sektor pertanian, salah satunya adalah IBM. Melalui IBM Food Trust, raksasa teknologi ini berkolaborasi dengan Walmart China dan Tsinghua University untuk menciptakan platform blockchain yang mampu meningkatkan kemampuan pelacakan data hasil pertanian. Proyek tersebut juga merangkul beberapa perusahaan besar, seperti Dole, Driscoll, Kroger, Nestle, Tyson, dan Unilever.

Vice President Walmart pada saat itu, Frank Yiannas, mengklaim bahwa uji coba platform buatan IBM mampu menyingkat waktu yang dibutuhkan untuk melacak setumpuk buah mangga pada suatu cabang Walmart ke lokasi produksinya, perkebunan di Meksiko.

Pelacakan dengan blockchain ini jauh lebih cepat dibandingkan metode pelacakan biasanya; yang semula membutuhkan nyaris tujuh hari, menjadi hanya 2,2 detik saja. Di sisi lain, berkat waktu yang berhasil dipangkas, perusahaan pun bisa memanfaatkannya untuk mengidentifikasi rantai pasokan yang bermasalah.

Selain untuk melacak hasil pertanian, penerapan blockchain di sektor ini juga mencakup berbagai fokus permasalahan, mulai dari manajemen komoditas, menciptakan marketplace, pembayaran, dan pemanfaatan berbagi data untuk keperluan lainnya.


Desentralisasi

Prinsip Blockchain adalah desentrasilasi, tidak terpusat, tidak ada “Penguasa Tunggal”, adil.. Desentralisasi data jadi hal penting dalam implementasi blockchain. Konsep desentralisasi data mempunyai karakteristik berikut:

Kontrol. Teknologi blockchain memungkinkan para penggunanya untuk memegang kendali penuh atas data masing-masing dalam jaringan. Mereka memiliki kebebasan, tidak harus terpaku secara mutlak pada ketentuan yang ditetapkan oleh pihak tertentu.

Distribusi informasi. Mekanisme penyebaran informasi pada blockchain memungkinkan data terdistribusi secara merata, serta mencegah perubahan data yang dilakukan sepihak. Tiap pihak juga memiliki akses yang sama terhadap data dalam jaringan.

Kapabilitas. Data-data yang tersimpan dalam blockchain memiliki keandalan yang lebih tinggi dibanding sistem terpusat. Infrastruktur blockchain dibangun oleh semua pihak yang terlibat dalam jaringan, sehingga bila terjadi masalah pada sistem salah satu pihak (contoh: bencana alam, peretasan, dan sebagainya), terdapat data yang tersimpan di pihak-pihak lain sebagai cadangan.

Pendekatan aplikasi

Beberapa contoh “keinginan” yang coba dijadikan kenyataan, misalnya Stabilisasi Harga Pangan. Dalam persoalan lonjakan harga pangan, dalam hal ini banyak solusi yang dicoba diupayakan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah, namun tetap saja kadang “kumat”.

Demikian juga, yang masih terjadi adlah Pelacakan Data dan hasil pertanian yang kurang transparant. Saat ini kita memang masih belum mampu melacar jalur distribusi ataupun alur dari hasil pertanian dengan lebih transparan.

Dua contoh masalah diatas pendekatan penyelesaiannya dapat dilakukan dengan penerapan teknologi blockchain. Ada beberapa contoh aplikasi blockchain, yang sering menjadi contoh di diskusi-diskusi teori, yang juga sebenarnya sudah dilakukan dan diterapkan, yaitu; Tracebility atau Pelacakan Produksi Tanaman dan Pangan, dan Blockchain Supply Chain di Bidang Pertanian.

Blockchain dengan mengkombinasikan IOT dan Smartcontract akan mendapatkan hasil tracing dan pelacakan bahan pangan dan produk pertanian. Demikian juga Pelacakan Supply chain dari Makanan dan hasil pertanian, sangat penting untuk mengeksplorasi sumber dari mana makanan itu berasal. Hasilnya, berguna untuk memastikan bahwa makanan yang disediakan aman untuk dimakan.

Dengan aplikasi blockchain, menjadi mungkin untuk membawa kepercayaan (trust ) dan transparansi dalam ekosistem rantai pasokan makanan, memastikan keamanan pangan bagi semua orang.