Cherax

Lobster Air Tawar

Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari famili Parastacidae. Lobster Air Tawar (genus : Cherax) berasal dari Australia, Papua New Guinea, dan Irian Jaya, dengan spesies yang berbeda-beda. Salah satu spesiesnya yang bernilai ekonomis paling tinggi adalah Cherax quadricarinatus (red claw). Habitat Cherax adalah perairan tawar yang dangkal, dengan substrat berlumpur dan banyak terdapat celah serta rongga untuk menyembunyikan diri. Kelebihan terbaiknya adalah teknik budidayanya yang relatif mudah, toleransi terhadap lingkungan cukup tinggi dengan masalah penyakit yang relatif sedikit.
Klasifikasi

Klasifikasi Lobster air tawar adalah sebagai berikut :
  • Filum : Arthropoda
  • Kelas : Crustacea
  • Subkelas : Malacostraca
  • Ordo : Decapoda
  • Famili : Parastacidae
  • Genus : Cherax
  • Spesies : Cherax quadricarinatus

  • Habitat

    Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari famili Parastacidae. Di Beberapa negara seperti australia, amerika serikat, inggris, cina, kostarika, eukador, Fiji, guatemala, budidaya lobster air tawar telah di lakukan sejak tahun 1980. Tujuan budidaya lobster air tawar adalah memenuhi kebutuhan estitusi untuk lobster ukuran kecil dan untuk konsumsi lobster yang beratnya 30-80 gram per ekor.

    Pengembangan budidaya lobster air tawar tersebut baru dilakukan sejak tahun 2000. Hal ini terjadi karena pertama masyarakat indonesia terutama yang ada di jawa masih belum mengenal sosok fisik lobster air tawar, padahal selain memiliki sosok yang menarik untuk dijadikan udang hias, lobster juga dapat digunakan untuk udang konsumsi berharga mahal. Kedua, teknik budidaya lobster belum berkembang secara signifikan.


    Fisiologi

    Lobster air tawar merupakan udang air tawar berukuran relatif besar. Tubuhnya tertutup kulit beruas-ruas yang keras dan terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen).Kepala tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi.

    Di kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena panjang, dan sepasang antena pendek. Bagian kepala terdapat lima pasang kaki. Tiga kaki,diantaranya kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama besar dan kokoh yang berfungsi dalam mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa.

    Bagian belakang, yaitu perut dan ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras, dibagian ini terdapat empat pasangkaki renang. Ekornya berbentuk seperti kipas dengan lima ruas. Pertumbuhan lobster bertambah besar melalui pergantian kulit (moulting). Pada waktu ganti kulit tersebut lobster dalam kondisi lemah sehingga saat itu sering terjadi kanibal, seperti udang yang lain.

    Morfologi

    Lobster air tawar memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3 segmen utama yaitu, kepala-dada (chepalothorax), badan (abdomen) dan bagian ekor (telson), kepala ditutupi oleh kulit cangkang yang keras (carapace). Kelopak-kepala bagian badan disebut rostrum.

    Pada bagian kepala juga terdapat lima pasang kaki (periopoda). Kaki pertama, kedua dan ketika mengalami perubahan fungsi menjadi capit (chele). Capit pertama berfungsi sebagai senjata untuk menghadapi lawan.

    Bagian perut tertutup oleh kulit keras dan terdiri dari lima segmen. Pada bagian bawah abdomen terdapat kaki renang (pleopod) yang strukturnya berupa selaput tipis dan terdiri dari tiga ruas. Selain untuk berenang, pleopod juga berfungsi sebagai tempat meletaknya telur.

    • Badan terdiri dari kepala dada (cephalotorax), tubuh (abdomen) dan ekor (telson)
    • Pada ujung depan kepala dada terdapat tanduk berbentuk segitiga yang di sebut rostrum.
    • Pada dadanya terdapat 5 pasang kaki jalan dengan pasangan kaki terdepan berbentuk capit (“chelipet”)
    • Tubuhnya terdiri dari 6 ruas yang tersusun tumpang tindih seperti genteng rumah dengan ruas kedua berada di atas ruas pertama dan ketiga.
    • Pada tiap ruas tubuh di lengkapi dengan sepasang kaki renang (“pleopod”).
    • Ekor berbentuk segi tiga dengan ujungnya yang runcing.
    • Ekor tersebut di apit oleh sirip ekor yang di sebut “uropod”.
    • Dalam keadaan normal, kulitnya keras dan pada saat ganti kulit udang ini.
    • Membentuk gumpalan kapur yang di sebut gastrolith yang terletak di depan lambungnya.


    Siklus Hidup

    Lobster air tawar merupakan hewan yang aktif mencari makanan pada malam hari (nocturnal), termasuk hewan omnivore (pemakan segalanya). Lobster air tawar juga memiliki sifat kanibalisme yang cukup tinggi, dimana mereka sering memangsa binatang lain yang lebih kecil, bahkan jenisnya sendiri.

    Lobster air tawar mulai kawin setelah berumur 1 tahun. Perkawinan biasanya terjadi pada awal musi penghujan. Lobster akan mencari pasangan dalam bentuk kelompok pada malam hari. Setelah menemukan pasangan biasanya mereka akan melakukan percumbuan sebelum kawin.

    Setelah sekira 10 hari, telur yang sudah dibuahi oleh jantan akan tampak melekat dibagian bawah perut lobster betina. Telur-telur tersebut melekat sampai menetes setelah 1,5 bulan sejak dibuahi. Benih lobster yang baru akan menetas terus berada diperut induknya hingga 4-5 hari, baru kemudian terlepas dan hidup terpisah dengan induknya.

    Lobster Indonesia

    Provinsi Produsen Lobster
    0
    Ton/Th. Total Produksi
    0
    Juta USD Nilai Ekspor
    0

    Budidaya

    Di Indonesia, lobster air tawar gencar dibudidayakan pada awal 2000-an. Habitat asli lobster air tawar yakni di rawa-rawa, sungai, dan danau air tawar.

    Budidaya lobster air tawar baik untuk pembenihan atau pembesaran relatif gampang. Tidak seperti udang windu atau galah yang relatif lebih sulit. Orang awam pun bisa melakukannya sendiri dalam skala usaha kecil maupun besar. Iklim tropis Indonesia juga sangat mendukung usaha budidaya lobster air tawar. Negara lain di wilayah non tropis, terkendala faktor musim.

    Lobster air tawar juga tidak mudah stres dan diserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air terpenuhi dengan baik. Indonesia memiliki iklim tropis dua musim yang sangat mendukung untuk melakukan budidaya lobster air tawar sepanjang tahun tanpa henti. Dengan demikian, potensi lobster air tawar yang umumnya bertelur empat kali dalam setahun bisa dimanfaatkan secara maksimal.


    Wadah Pembenihan

    Terdapat beberapa wadah yang digunakan untuk pembenihan Lobster air tawar, yaitu akuarium; bak plastik atau fiberglass; dan kolam semen, di mana keseluruhannya membutuhkan peralatan pendukung.

    Akuarium/bak plastik/fiberglass/kolam semen; untuk Lobster air tawar dapat dibuat dengan panjang 1 meter, lebar 0,5 meter, dan tinggi 0,4 meter. Ketinggian maksimal air 30 cm. wadah sebesar itu cukup untuk memelihara satu paket induk (5 betina dan 3 jantan) atau 100 ekor bernih ukuran 1 inci.

    Untuk kolam pembesaran bisa dibuat ukuran 2 x 1 x 1 m atau 1 x 1 x 1 m. Ketinggian air dalam kolam 30 – 40 cm. Kolam ukuran ini bisa digunakan untuk membesarkan benih ukuran 1 inci sebanyak 50 – 100 ekor.

    Dalam pembenihan lobster air tawar baik di akuarium, bak plastik maupun kolam semen, dibutuhkan peralatan pendukung untuk menunjang keberhasilan pembenihan, diantaranya lubang persembunyian (pipa paralon, potongan bambu, genteng, ijuk, atau tali rapia) dan aerator sebagai pemasok oksigen dan menjaga kualitas air.


    Sumber Air

    Sumber air yang bisa digunakan u ntuk memelihara lobster air tawar adalah air tanah, air PAM dan air sungai. Dalam pelaksanaannya, penggunaan air tanah sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam agar kadar oksigen yang terlarut di dalamnya meningkat. Agar proses pelarutan oksigen lebih cepat dapat digunakan aerator. Air tanah juga memiliki tingkat derajat keasaman (pH) yang cenderung asam.

    Sementara itu air PAM memiliki derajat keasaman yang relatif stabil. Namun air PAM mengandung zat klorin dan kaporit yang sangat tinggi sehingga sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup lobsters air tawar. Untuk itu, sebelum digunakan air PAM harus didiamkan dahulu selama 24 jam agar kaporit dan klorinnya menguap.

    Sedangkan air sungai memiliki pH yang stabil serta kandungan oksigen yang berlimpah. Bila menggunakan air sungai, lokasi budidaya harus berada dekat dengan bantaran sungai. Namun kualitas air sungai juga harus diperhatikan, jangan sampai air tersebut mengandung limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri.


    Hama dan Penyakit

    Dalam proses pembenihan Lobster air tawar, hama yang sering menganggu adalah kucing dan tikus. Karena itu, pastikan agar media pembenihan terbebas dari jangakauan kedua hewan tersebut. Sementara untuk penyakit yang selama ini menyerang Lobster air tawar adalah jamur Saprolegnia dan Achyla, cacing jangkar, parasit Argulus foliceus.

    Memilih & Merawat Calon Induk

    Induk memegang peran penting dalam proses pembenihan, karena hasil anakan dipengaruhi oleh kualitas induk yang dipakai. Dalam pembenihan Lobster air tawar, umumnya pembudidaya memiliki lima paket induk yang terdiri dari 25 betina dan 15 jantan.

    Calon induk yang berkualitas adalah yang pertumbuhanya paling cepat, yang punya nafsu makan besar, gerakannya lincah, berwarna cerah dan disarankan untuk tidak memilih Lobster air tawar yang berkepala besar dan tubuh kecil, karena itu menandakan kekurangan makanan.


    Pemijahan Induk

    Calon Induk yang dipijahkan telah berusia 10 – 12 bulan atau saat panjang tubuhnya mencapai 15 – 17 cm. Induk jantan dan betina yang akan dipijahkan disatukan dalam akuarium berukuran 40 x 40 x 30 cm dengan ketinggian air 20 cm.

    Jumlah induk yang ditebar dalam wadah pemijahan tersebut adalah induk jantan 3 ekor dan induk betina 5 ekor.

    Dalam wadah pemijahan tersebut diberikan tempat persembunyian berupa pipa paralon. Jumlah dan ukuran tempat berlindung harus disesuaikan dengan jumlah dan ukuran induk. Proses pemijahan ditandai dengan terlihatnya telur di bagian abdomennya, selanjutnya induk betina di inkubasi ke wadah perawatan telur.


    Penetasan Telur

    Wadah penetasan telur yang digunakan adalah akuarium, bak plastik, atau kolam semen dengan ukuran 1 x 1 x 1 m dengan ketinggian air 0,5 m. Wadah sebesar ini bisa menampung 400 benih atau 2 ekor induk betina.

    Di dalam penetasan telur ini dapat diberi pipa paralon untuk persembunyian atau untuk tempat benih yang akan menetas. Selama proses pengeraman dan penetasan, suhu dan wadah harus tetap di jaga agar selalu stabil, karena telur sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

    Pada minggu pertama, telur berbentuk bulat dan masih berwarna kuning. Selanjutnya, telur akan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan mulai tampak bagian-bagian tubuh seperti mata dan kaki.

    Setelah satu bulan, semua bagian tubuh sudah terbentuk sempurna menetas. Pada bagian itu, sebagian anakan yang baru menetas masih menempel pada induk untuk mendapatkan nutrisi dari induknya. Selanjutnya, anakan-anakan tersebut akan terlepas dari induknya secara bertahap. Dalam waktu 2 – 3 hari, seluruh benih akan terlepas dari tubuh induknya.

    Bila dalam waktu tersebut masih ada benih yang menempel, sebaiknya dilepaskan dengan cara mengoyang-goyanngkan tubuh induk di dalam air secara perlahan.


    Pemeliharaan Benih

    Benih yang baru menetas dipelihara dalam kolam penetasan selama 10 hari. Selanjutnya benih dipindahkan ke kolam pendederan untuk dipelihara selama 2 bulan. Usahakan juga agar benih tidak terkena langsung panas matahari, karena benih masih sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

    Setelah berumur 8 – 15 hari benih sudah mulai berbentuk seperti lobster dewasa yang memiliki cangkang kepala dan cangkang tubuh. Benih dapat diberi pakan tambahan setelah 1 minggu, berupa cacing sutra, tepung kacang, daging udang, atau pelet udang yang dihaluskan.

    Setelah benih lepas dari induknya, selanjutnya induk betina dipisahkan dari benih lobster ke wadah pemeliharaan induk, dan diberi pakan yang mengandung protein tinggi, sampai induk tersebut molting dan dapat dipijahkan kembali.

    Pemanenan

    Benih yang bisa dipanen dan dijual adalah benih yang berumur 70 hari dengan panjang 5 cm.